Ke Korea? Lagi? Dihhh kaya amat hahaha. Hahaha tidakkk, ini juga hasil menabung. Menyisihkan uang sedikit demi sedikit. Sampai-sampai makan pun hanya tiga kali sehari. Hahaha ya iyalah.
Kenapa harus ke Korea? Dan lagi? Katanya kalau ke Korea belum ke Sungai Han berarti belum ke Korea. Nah mungkin itu penyebabnya kenapa keinginan untuk kembali ke Korea sangat kuat, karena diperjalanan yang pertama kami belum sempat berkunjung ke Sungai Han. Dan sepertinya masih ada cinta yang belum terselesaikan di Korea. Hahaha lebay.
Sebenarnya tidak ada juga niat untuk secepat itu kembali ke Korea. Ketika tahun 2011 ke sana, berfikir dua atau tiga tahun lagi akan ke sana. Tetapi karena sebuah twit yang sangat menggoda, keinginan itu menjadi kuat. Konon ceritanya ketika suatu malam bulan Februari 2012, aku membaca sebuah twit dari Garuda Indonesia (Garuda harusnya bayarnya, namanya aku bawa-bawa hahaha). Ada promo tiket. Kalau nggak salah waktu itu promo early bird atau best deal, (lupa pastinya) yang harga bisa mencapai separuh harga. Aku awalnya agak-agak nggak percaya, berhubung penerbangan yang biasanya biasa ngasih promo dan harga murah meriah, buka webnya kalau lagi promo bisa waiting list, bener-bener waiting sampai bosan sendiri hahaha.
Tetapi aku tetap tergoda untuk membuka promo tersebut. Dan taraaa... benar adanya. Ke Korea dengan harga USD 362,89 (sekitar Rp 3,4 juta dengan kurs bulan Februari 2012). Berangkat! Malam itu juga aku langsung booking tiket. Sempat deg-degan karena e-ticket nggak kunjung datang di email. Tetapi masalahnya selesai beberapa hari kemudian.
Besoknya dengan semangat 45 menawarkan ke beberapa orang teman, maaf jika ada yang terlupakan hihihi. Bukan maksud, bener-bener lupa. Akhirnya beli 3 tiket lagi. Ipat (teman perjalanan ke Korea 2011), Murni (teman kantor) dan Santi (temen yang ketemunya sewaktu talk show CK). Aai (teman perjalanan ke Korea 2011) dan Loli (temannya Aai), awalnya belum berminat. Tetapi berhubung Gwanghwamun memanggil-manggil, Aai akhirnya memutuskan untuk ikut kembali. Tetapi sayangnya ketika cek harga Garuda, sudah kembali ke harga normal sekitar USD 700-an. Aai dan Loli pada akhirnya harus naik AA dengan harga yang lebih mahal dari kami.
Untuk keberangkatan kali ini, aku lebih santai dengan urusan visa. Karena cukup yakin akan disetujui. Walaupun ada 3 orang baru, tetapi karena 3 orang sudah pernah ikut, rasanya tidak akan terlalu bermasalah. Untuk Visa, aku mengumpulkan semua berkas seminggu sebelum lebaran. Jadi setelah lebaran urusan visa akan kelar.
Untuk itinerary, kali ini aku harus menyusun sesuai dengan 6 kepala. Sebenarnya 4 kepala ya, karena yang 2 orang cenderung menerima hasil itinerary hehehe. Lumayan sering rombak-rombak itinerary. Karena kesalahan terbesar sewaktu aku pesan tiket adalah tidak mengecek terlebih dahulu hari LIBUR di Korea. Dan yang paling parah tanggal yang dipilih adalah saat LEBARANNYA orang Korea, Chuseok Day. Itu bertepatan tanggal 29, 30 September dan 01 Oktober 2011. Ditambah lagi tanggal 3 Oktober juga ada hari libur nasional. Huaaa panik tingkat dewa. Karena pengalaman tahun 2011, saat libur jalanan Korea sangat padat dan kemungkinan akan macet. Tetapi setelah cek beberapa info, berada di Seoul saat mereka libur lebaran lebih baik daripada ikutan keluar kota. Karena itulah aku harus merombak itinerary beberapa kali.
Dan satu lagi yang agak aku sayangkan adalah, aku sangat ingin berada di Korea saat musim gugur. Sebenarnya tanggal yang aku pilih sudah masuk musim gugur, hanya saja sayangnya masih awal-awal musim gugur. Tetapi jangan pernah menyesal. Hadapi yang di depan mata. Enjoy it!
Untuk akomodasi, di Seoul pengennya di area Hongdae juga. Tetapi akhirnya pilihan jatuh di daerah Hapjeong, satu station beda dari Hongdae atau Hongik Station, Kim Guesthouse. Sebenarnya untuk booking hostel atau guesthouse bisa saja hanya untuk hari pertama, tetapi kali ini kami memutuskan untuk booking sesuai itinerary.
Karena untuk perjalanan kali ini, rute yang akan ditempuh adalah Seoul – Sokcho – Gyeongju – Busan – Seoul, berarti aku harus booking untuk akomodasi di Sokcho & Gyeongju. Kami tidak akan menginap di Busan kali ini. Di Sokcho, berdasarkan pengalaman tahun lalu, karena telat booking kami tidak kebagian hostel. The House Hostel, hostel yang sangat terkenal di Sokcho. Jadi sekitar awal April aku sudah menghubungi The House Hostel dan responnya sangat cepat. Sokcho done!
Di Gyeongju cukup banyak pilihan hostel atau guesthousenya, tetapi aku atau kami ingin menginap di Sarangchae Guesthouse, tetapi ketika awal April aku hubungi tidak ada respon, sampai aku kirim beberapa kali. Guesthouse ini memang jadi favorit di Gyeongju. Aku kemudian mengirim beberapa kali email, tetap tidak ada respon. Sampai ketika bulan Juli aku menelpon langsung ke sana. Pemiliknya menyuruh aku mengirim email kembali, setelah kirim email telpon lagi untuk mengabarkan kalau sudah kirim email. Ribet ya? Hahaha mungkin karena pemiliknya sudah lumayan berumur dan mungkin begitu banyak email yang masuk dia hanya merespon yang langsung telpon. Tetapi sayangnya, di tanggal yang kami inginkan sudah penuh :(
Harus segera nyari lagi! Pilihan jatuh ke Homo Nomad Guesthouse. Mr. Lee, yang awalnya aku kira cowok, ternyata adalah seorang cewek. Baru sadar ketika sudah datang ke guesthousenya. Dia juga nggak pernah komplain dipanggil mister sewaktu aku berkirim email hahaha. Mbak Lee :D, juga cepat sekali responnya. Gyeongju done!
Untuk hostel/guesthouse ini, dua minggu sebelum keberangkatan aku kirimkan email kembali untuk memastikan tanggal dan perkiraan jam kedatangan kami.
Dua minggu sebelum keberangkatan, kegiatan rutin adalah cek cuaca. Serem juga karena di akhir Agustus Korea diterjang badai. Hanya bisa berharap, jangan sampai ada badai atau hujan deras saat datang ke sana.
Untuk penukaran mata uang, kali ini kami memilih untuk menukar separo dalam bentuk USD dan Won. Karena menurut Aai, akan lebih murah jikalau ditukar di Korea. Memang sih, setelah dihitung-hitung jauh lebih murah kalau ditukar di Korea, tetapi dengan catatan jangan ditukar di bandara hahaha. Tetapi kalau nggak mau ribet, sebaiknya beli Won saja.
Hari yang ditunggu-tunggu datang juga! Tanggal 28 September 2012, aku dan 3 orang (Murni, Ipat, Mbak Santi) teman berangkat ke Korea. Sementara Aai dan Loli sudah sampai sore harinya di tanggal tersebut. Deg-degan, senang, campur aduk deh. Let’s go to Korea! Korea, we are coming back!
Kenapa harus ke Korea? Dan lagi? Katanya kalau ke Korea belum ke Sungai Han berarti belum ke Korea. Nah mungkin itu penyebabnya kenapa keinginan untuk kembali ke Korea sangat kuat, karena diperjalanan yang pertama kami belum sempat berkunjung ke Sungai Han. Dan sepertinya masih ada cinta yang belum terselesaikan di Korea. Hahaha lebay.
Sebenarnya tidak ada juga niat untuk secepat itu kembali ke Korea. Ketika tahun 2011 ke sana, berfikir dua atau tiga tahun lagi akan ke sana. Tetapi karena sebuah twit yang sangat menggoda, keinginan itu menjadi kuat. Konon ceritanya ketika suatu malam bulan Februari 2012, aku membaca sebuah twit dari Garuda Indonesia (Garuda harusnya bayarnya, namanya aku bawa-bawa hahaha). Ada promo tiket. Kalau nggak salah waktu itu promo early bird atau best deal, (lupa pastinya) yang harga bisa mencapai separuh harga. Aku awalnya agak-agak nggak percaya, berhubung penerbangan yang biasanya biasa ngasih promo dan harga murah meriah, buka webnya kalau lagi promo bisa waiting list, bener-bener waiting sampai bosan sendiri hahaha.
Tetapi aku tetap tergoda untuk membuka promo tersebut. Dan taraaa... benar adanya. Ke Korea dengan harga USD 362,89 (sekitar Rp 3,4 juta dengan kurs bulan Februari 2012). Berangkat! Malam itu juga aku langsung booking tiket. Sempat deg-degan karena e-ticket nggak kunjung datang di email. Tetapi masalahnya selesai beberapa hari kemudian.
Besoknya dengan semangat 45 menawarkan ke beberapa orang teman, maaf jika ada yang terlupakan hihihi. Bukan maksud, bener-bener lupa. Akhirnya beli 3 tiket lagi. Ipat (teman perjalanan ke Korea 2011), Murni (teman kantor) dan Santi (temen yang ketemunya sewaktu talk show CK). Aai (teman perjalanan ke Korea 2011) dan Loli (temannya Aai), awalnya belum berminat. Tetapi berhubung Gwanghwamun memanggil-manggil, Aai akhirnya memutuskan untuk ikut kembali. Tetapi sayangnya ketika cek harga Garuda, sudah kembali ke harga normal sekitar USD 700-an. Aai dan Loli pada akhirnya harus naik AA dengan harga yang lebih mahal dari kami.
Untuk keberangkatan kali ini, aku lebih santai dengan urusan visa. Karena cukup yakin akan disetujui. Walaupun ada 3 orang baru, tetapi karena 3 orang sudah pernah ikut, rasanya tidak akan terlalu bermasalah. Untuk Visa, aku mengumpulkan semua berkas seminggu sebelum lebaran. Jadi setelah lebaran urusan visa akan kelar.
Untuk itinerary, kali ini aku harus menyusun sesuai dengan 6 kepala. Sebenarnya 4 kepala ya, karena yang 2 orang cenderung menerima hasil itinerary hehehe. Lumayan sering rombak-rombak itinerary. Karena kesalahan terbesar sewaktu aku pesan tiket adalah tidak mengecek terlebih dahulu hari LIBUR di Korea. Dan yang paling parah tanggal yang dipilih adalah saat LEBARANNYA orang Korea, Chuseok Day. Itu bertepatan tanggal 29, 30 September dan 01 Oktober 2011. Ditambah lagi tanggal 3 Oktober juga ada hari libur nasional. Huaaa panik tingkat dewa. Karena pengalaman tahun 2011, saat libur jalanan Korea sangat padat dan kemungkinan akan macet. Tetapi setelah cek beberapa info, berada di Seoul saat mereka libur lebaran lebih baik daripada ikutan keluar kota. Karena itulah aku harus merombak itinerary beberapa kali.
Dan satu lagi yang agak aku sayangkan adalah, aku sangat ingin berada di Korea saat musim gugur. Sebenarnya tanggal yang aku pilih sudah masuk musim gugur, hanya saja sayangnya masih awal-awal musim gugur. Tetapi jangan pernah menyesal. Hadapi yang di depan mata. Enjoy it!
Untuk akomodasi, di Seoul pengennya di area Hongdae juga. Tetapi akhirnya pilihan jatuh di daerah Hapjeong, satu station beda dari Hongdae atau Hongik Station, Kim Guesthouse. Sebenarnya untuk booking hostel atau guesthouse bisa saja hanya untuk hari pertama, tetapi kali ini kami memutuskan untuk booking sesuai itinerary.
Karena untuk perjalanan kali ini, rute yang akan ditempuh adalah Seoul – Sokcho – Gyeongju – Busan – Seoul, berarti aku harus booking untuk akomodasi di Sokcho & Gyeongju. Kami tidak akan menginap di Busan kali ini. Di Sokcho, berdasarkan pengalaman tahun lalu, karena telat booking kami tidak kebagian hostel. The House Hostel, hostel yang sangat terkenal di Sokcho. Jadi sekitar awal April aku sudah menghubungi The House Hostel dan responnya sangat cepat. Sokcho done!
Di Gyeongju cukup banyak pilihan hostel atau guesthousenya, tetapi aku atau kami ingin menginap di Sarangchae Guesthouse, tetapi ketika awal April aku hubungi tidak ada respon, sampai aku kirim beberapa kali. Guesthouse ini memang jadi favorit di Gyeongju. Aku kemudian mengirim beberapa kali email, tetap tidak ada respon. Sampai ketika bulan Juli aku menelpon langsung ke sana. Pemiliknya menyuruh aku mengirim email kembali, setelah kirim email telpon lagi untuk mengabarkan kalau sudah kirim email. Ribet ya? Hahaha mungkin karena pemiliknya sudah lumayan berumur dan mungkin begitu banyak email yang masuk dia hanya merespon yang langsung telpon. Tetapi sayangnya, di tanggal yang kami inginkan sudah penuh :(
Harus segera nyari lagi! Pilihan jatuh ke Homo Nomad Guesthouse. Mr. Lee, yang awalnya aku kira cowok, ternyata adalah seorang cewek. Baru sadar ketika sudah datang ke guesthousenya. Dia juga nggak pernah komplain dipanggil mister sewaktu aku berkirim email hahaha. Mbak Lee :D, juga cepat sekali responnya. Gyeongju done!
Untuk hostel/guesthouse ini, dua minggu sebelum keberangkatan aku kirimkan email kembali untuk memastikan tanggal dan perkiraan jam kedatangan kami.
Dua minggu sebelum keberangkatan, kegiatan rutin adalah cek cuaca. Serem juga karena di akhir Agustus Korea diterjang badai. Hanya bisa berharap, jangan sampai ada badai atau hujan deras saat datang ke sana.
Untuk penukaran mata uang, kali ini kami memilih untuk menukar separo dalam bentuk USD dan Won. Karena menurut Aai, akan lebih murah jikalau ditukar di Korea. Memang sih, setelah dihitung-hitung jauh lebih murah kalau ditukar di Korea, tetapi dengan catatan jangan ditukar di bandara hahaha. Tetapi kalau nggak mau ribet, sebaiknya beli Won saja.
Hari yang ditunggu-tunggu datang juga! Tanggal 28 September 2012, aku dan 3 orang (Murni, Ipat, Mbak Santi) teman berangkat ke Korea. Sementara Aai dan Loli sudah sampai sore harinya di tanggal tersebut. Deg-degan, senang, campur aduk deh. Let’s go to Korea! Korea, we are coming back!
Dee
Rincian Biaya
- Tiket pp Jkt – Seoul USD 362.69 : Rp 3.400.000
- Xtrans Bintaro - Bandara : Rp 40.000
- Makan malam di bandara : Rp 40.000
- Total pengeluaran : Rp 3.480.000
0 komentar:
Posting Komentar